Hari Relawan

Salam kemanusiaan!!!

Salam semangad buat para relawan!

Kami segenap keluarga besar KSR-PMI Unit 120 STIKES NH Makassar mengucapkan selamat hari relawan.

Semoga kita semua kan senantiasa semangad dalam mebantu mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Tersenyumlah slalu kawan,jangan pernah engkau menghilankan senyuman itu, senyuman yang dpat membuat mereka yang berduka menjadi ceria dan bangkit lgi tuk melanjutkan hidupnya.

"Noi Siamo Tutty Fratelly"
 

Selamat Bergabung, Bapak Jusuf Kalla

Salam Semangat...!!!!!!

Kami dari KSR-PMI Unit 120 STIKES Nani Hasanuddin Makassar mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak Jusuf Kalla sebagai ketua umum PMI setelah pada
akhirnya Jusuf Kalla menjadi calon tunggal karena hanya dalam beberapa menit, Ida Bagus Udiana, salah satu calon Ketua Umum PMI periode 2009-2014 dari PMI Daerah Bali menyatakan mengundurkan diri. Semoga dikepemimpinan beliau PMI makin berkembang dan makin peka terhadap sesama, amiiinnn!!!


Sebagai mana yang dikutip dari website resmi Palang Merah Indonesia bahwa Bapak Jusuf Kalla selaku ketua PMI terpilih periode 2009-2014 menyatakan "
 

VISI MISI PMI

VISI PMI

“Palang Merah Indonesia (PMI) mampu dan siap menyediakan dan memberikan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional”


MISI PMI
  1. Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
  2. Melaksanakan kesiapsiagaan dalam menangani bencana dan konflik yang berbasis pada masyarakat
  3. Memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat
  4. Mengelola transfusi darah secara profesional
  5. Berperan aktif dalam menangani bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA
  6. Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan
  7. Meningkatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan
  8. Mengembangkan dan menguatkan kapasitas organisasi di seluruh jajaran PMI guna meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia, sumber daya dan dana agar visi, misi dan program PMI dapat diwujudkan secara berkesinambungan
 

Sedikit Mengenal KSR

Korps Suka Rela (KSR PMI) adalah kesatuan di dalam perhimpunan PMI, yang merupakan wadah kegiatan atau wadah pengabdian bagi Anggota perhimpunan PMI.

Sebagai anggota KSR memiliki hak dan Kewajiban, yaitu :

A. Hak :
  1. Memperoleh/ mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan guna mengembangkan sikap dan keterampilan
  2. Mendapatkan kesempatan mengembangkan pengabdian di dalam perhimpunan PMI, baik di dalam kepengurusan maupun di dalam kegiatan operasional.
  3. Berhak menggunakan atribut sesuai dengan ketentuan
  4. Memberikan usul, saran dan pendapat sesuai jenjang organisasi demi kemajuan perhimpunan PMI.
  5. Dilibatkan dalam pengambilan keputusan PMI
  6. Memperoleh Asuransi dan perlindungan hukum dalam pelaksanan tugas Kepalangmerahan
  7. Memperoleh tanda penghargaan, tanda kehormatan dari PMI, dari pemerintah maupun dari lembaga Nasional dan Internasional sesuai dengan ketentuan.
  8. Menggunakan fasilitas KSR PMI sesuai dengan ketentuan yang berlaku
  9. Mendapat KTA PMI
  10. Mengikuti kegiatan kepalangmerahan di dalam maupun di luar kesatuan atau unit yang bersangkutan.
 

Senyum Sang Relawan Kemanusiaan

Salam Kemanusiaan...!!!!

Senyum adalah ibadah....!!! Kalimat inilah yang dapat mewakili foto di atas pada suasana DIKLATSAR V KSR STIKES NH Makassar yang sempat direkam beberapa hari yang lalu. Semoga saja kami kan senantiasa tersenyum dalam melaksanakan bakti kamanusiaan yang menjadi kewajiban kami. Semoga saja dengan senyum ini kan menghapus duka pada saudara-saudara kita disana yang mungkin sedang mendapat cobaan dari sang pencipta!!!

Jayalah terus relawan kemanusiaan!!! semoga dalam setiap langkahmu senantiasa diberi petunjuk oleh sang maha mengetahui segalanya.
 

Pelantikan Angkatan IV

Acara pelantikan angkatan IV KSR-PMI Unit 120 STIKES Nani Hasanuddin Makassar yang berlangsung di Kampus STIKES NH-M. Ketua PMI Cabang Makassar yang sempat menghadiri acara ini sekaligus melantik angkatan IV KSR STIKES NH. Semoga apa yang kita harapkan dari acara ini dapat tercapai dengan baik, amiinnn!!!!
 

SEPENGGAL CERITA BUATMU


Salam Kemanusiaan...!!!

Memberi lebih mulia dari pada menerima inilah kata-kata yang mesti kita ingat selalu dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan kita. Pemberian yang dimaksud adalah pemberian yang tulus ikhlas dengan harapan dapat meringankan beban mereka yang membutuhkan pertolongan kita tanpa mengharap imbalan apapun semata-mata tujuannya demi kemanusiaan.
 

SENAN AKTIVITAS

KALAU KAU SUKA HATI PETIK JARI 2X
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA PETIK JARI

KALAU KAU SUKA HATI TEPUK TANGAN 2X
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA TEPUK TANGAN

KALAU KAU SUKA HATI PUKUL PAHA 2X
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA PUKUL PAHA

KALAU KAU SUKA HATI SENTAK KAKI 2X
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA SENTAK KAKI

KALAU KAU SUKA HATI BILANG BUM 2X
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA BILANG BUM

KALAU KAU SUKA HATI SEMUANYA
KALAU KAU SUKA HATI DAN KAUPUN SUKA ITU
KALAU KAU SUKA SEMUANYA
 

TOKOH-TOKOH PALANG MERAH

JEAN HENRY DUNANT (Bapak Palang Merah Sedunia)

Jean Henry Dunant lahir pada hari Kamis tanggal 8 Mei 1826, di Ridverdine Genewa Swiss. Ayahnya berna aJean Jacques Dunant seorang anggota Dewan Republik Swiss dan Ibunya bernama Anne Antoniette Colladone keturunan bangsawan Perancis.Terpengaruh oleh pekerjaan ayahnya sebagai ketua yayasan yatim piatu, Henry Dunant memiliki dasar-dasat kepribadian yang halus dan senantiasa menolong mereka yang menderita. Pada usia 18 tahun ia mengikuti Young Men Criton Assocacosution di Perancis sebuah perhimpunan yang bertujuan meringankan penderitaan sesama manusia.
 

Siaga Bencana Gempa

Definisi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Pergeseran antara lempengan-lempengan tektonik yang berada jauh di bawah permukaan bumi. Lempeng Tektonik adalah Segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma dibawahnya. Lempeng tektonik bebas untuk menggesek satu sama lain. Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak selalu secara perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan tersentak-sentak. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan, pergerakan inilah yang menyebabkan gempa bumi.
 

LAMBANG PALANG MERAH DAN BULAT SABIT MERAH INTERNASIONAL

Sebelum lambang gerakan diadopsi, setiap pelayanan medis kemiliteran setidaknya di Eropa, mengenal tanda pengenal sendiri. Austria misalnya menggunakan bendera putih, perancis bendera merah atau spanyol bendera kuning. Banyaknya tanda yang berbeda-beda yang digunakan menimbulkan akibat yang strategis, contohnya walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personil medisnya, namun biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal lawan mereka.
 

Prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah international

Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
 

Henry Dunant, Bapak Palang Merah International


8 Mei 1828 adalah hari lahir Jean Henri Dunant. Disaat berumur 31 tahun, beliau menyaksikan perang mengerikan antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria di Solferino, Italia Utara tepatnya pada tanggal 24 Juni 1859.

Tidak kurang 40.000 tentara terluka menjadi korban perang, sementara bantuan medis tidak cukup merawat korban sebanyak itu. Tergetar penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan menolong mereka. Setelah kembali ke Swiss, Henry Dunant menuangkan kesan dan pengalamannya ke dalam buku berjudul “Kenangan dari Solferino” menggemparkan Eropa.

Di buku itu Henry Dunant mengajukan dua gagasan. Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong prajurit yang terluka di medan perang. Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera dan sukarelawan serta organisasinya yang menolong saat terjadinya perang.

Pada 1863 Henry Dunant bersama keempat kawannya merealisasi gagasan tersebut dengan mendirikan komite internasional untuk nantuan para tentara yang cedera, sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau Committee of The Red Cross (ICRC) merupakan lembaga kemanusiaan bersifat mandiri, sebagai penengah dan netral.
Dalam perkembangannya Palang Merah Internasional juga memiliki Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau International Federation of Red Cross dan Red Crescent (IFRC).
Maka dari itu, sudah seharusnya kita merayakan 8 Mei ini sebagai hari lahirnya bapak Palang Merah Dunia di mana semangat Henry Dunant inilah yang mengilhami terbentuknya Perhimpunan Nasional Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia berjumlah 176 perhimpunan nasional. Sedang gagasan kedua Henry Dunant direalisasi Pemerintah Swiss dengan mengadakan konferensi Jenewa dengan menghasilkan Konvensi Jenewa (1864) yang terus dikembangkan sehingga dikenal sebagai Konvensi Jenewa 1949.
 

Mars Palang Merah Indonesia

Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

 

Pertolongan Pertama

Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkan penderita dalam jumlah besar. Bencana yang baru akan terjadi bila para korban tidak mendapat pertolongan yang baik dengan segera. Dalam suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis biasanya orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian atau anggota keluarga penderita tersebut. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari tidak ada sampai mereka yang mungkin sudah terlatih. Ada waktu antara pertolongan di lapangan sampai korban dapat memperoleh pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan sehingga masa tenggang inilah yang harus diisi. Prinsip kemanusiaan yang utama adalah mengurangi penderitaan dan memberikan bantuan kepada para penderita. Ini harus dilakukan sebaik-baiknya dan dalam waktu singkat. Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan pertolongan korban dari lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit.

Pertolongan ini dikenal dengan pelayanan gawat darurat. Pelayanan ini dibagi dalam dua fase:

a. Fase pra rumah sakit

Pada fase ini dilakukan perawatan di tempat kejadian dengan atau tanpa melakukan transportasi penderita ke fasilitas kesehatan. Konsep dasar dari pertolongan pertama adalah memberikan bantuan hidup dasar dan mempertahankan nyawa dengan melakukan tindakan pertolongan pertama secepatnya setelah kejadian.

b. Perawatan rumah sakit

Para penderita tentunya akan dikirim ke fasilitas kesehatan yang umumnya adalah rumah sakit atau Puskesmas di daerah-daerah terpencil.

Perawatan kedua fase ini seharusnya tidak dibedakan. Keduanya harus saling menunjang, fase pra rumah sakit dilakukan dengan baik sehingga rumah sakit tinggal melanjutkan apa yang sudah dilakukan dan tidak mundur kembali dan kalau perlu sistem rujukan harus diaktifkan. Sistem inilah yang sebenarnya dikenal dengan sistem pelayanan gawat darurat terpadu.


Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah suatu jejaring sumber daya yang saling berhubungan untuk memberikan pelayanan gawat darurat dan transportasi kepada penederita yang mengalami kecelakaan atau penyakit mendadak.


Pelayanan gawat darurat modern dimulai di tempat kejadian, berlanjut selama proses transportasi dan dsempurnakan di fasilitas kesehatan. Semua ini merupakan mata rantai sumber daya manusia yang saling berhubungan membentuk suatu sistem.

Apa saja yang diperlukan untuk suatu sistem pelayanan gawat darurat terpadu ?

Pada dasarnya sistem ini dapat dilakukan secara sederhana, dengan komponen :

- Akses dan komunikasi

- Pelayanan pra rumah sakit di tempat kejadian

- Transportasi ke fasilitas medis


Para penolong:

- Orang awam

Kelompok ini tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama atau hanya meniru apa yang pernah dilihat atau didengarnya.

- Penolong Pertama

Kualifikasi ini yang ingin dicapai oleh PMI akan dibahas khusus.

- Tenaga khusus

Kelompok ini berupa tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di lapangan seperti Paramedik dan sejenisnya. Mereka dapat melakukan tindakan yang lebih banyak dibandingkan dengan penolong pertama.


Pengertian Pertolongan Pertama:

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.

Pengertian Medis Dasar

Tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama.

Pelaku Pertolongan Pertama

Pelaku Pertolongan Pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan Pertolongan Pertama

a. Menyelamatkan jiwa penderita

b. Mencegah cacat

c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

Dasar Hukum

Di Indonesia dasar hukum mengenai Pertolongan Pertama dan Pelakunya belum tersusun dengan baik seperti halnya di negara maju. Walau demikian dalam KUHAP ada beberapa pasal yang mencakup aspek dalam melakukan Pertolongan Pertama.

Pelanggaran tentang orang yang perlu ditolong diatur dalam Pasal 531 K U H Pidana yang berbunyi :

Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-.

Pasal ini berlaku, bila pelaku pertolongan pertama dapat melakukan tanpa membahayakan keselamatan dirinya, dan orang lain.

Dalam tatanan dunia medis Pelaku Pertolongan Pertama merupakan bagian dari penyelenggaran jasa medis sehingga juga harus menjaga kerahasiaan penderita yang ditolongnya. Hal ini juga diatur dalam Pasal 322 K U H Pidana menegaskan :

1. Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang, maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah.

2. Jika kejahatan itu dilakukan yang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Dalam undang undang ini tidak disebutkan pihak atau pejabat yang seharusnya menyimpan rahasia, hanya ancaman kepada pihak yang seharusnya menyimpan rahasia

Jadi seorang pelaku pertolongan pertama yang terlibat dalam pemeriksaan pasien yang ditolongnya harus bisa menyimpan rahasia pasien akibat pekerjaan yang dilakukannya.

Penyelenggaraan Pertolongan Pertama

PMI dapat menyelenggarakan Pertolongan Pertama, maupun menyelenggarakan pendidikan Pertolongan Pertama, serta dapat mendirikan pos Pertolongan Pertama adalah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan R.I. no. 023/Birhub/1972.


Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama :

Agar dapat melakukan tugasnya seorang Penolong Pertama harus menjalankan kewajibannya seperti tercantum dibawah ini supaya penderita memperoleh upaya pertolongan yang maksimal :

a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.

b. Dapat menjangkau penderita.

c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.

d. Meminta bantuan/rujukan.

e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.

f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.

g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.

h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.

i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.


Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama:

Supaya dapat menjalankan kewajiban tersebut di atas maka penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

a. Jujur dan bertanggungjawab.

b. Berlaku profesional.

c. Kematangan emosi.

d. Kemampuan bersosialisasi.

e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi.

f. Kondisi fisik baik.

g. Mempunyai rasa bangga.

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama :

Dalam melakukan tugasnya Pelaku Pertolongan Pertama memerlukan beberapa peralatan dasar. Peralatan dasar ini dapat dibagi menjadi peralatan perlindungan diri atau yang lebih dikenal dengan Alat Perlindungan Diri (APD) dan peralatan minimal untuk melakukan tugasnya.

a. Alat Perlindungan Diri (APD) :

Sebagai pelaku Pertolongan Pertama seseorang akan dengan mudah terpapar dengan jasad renik maupun cairan tubuh seseorang yang memungkinkan penolong dapat tertular oleh penyakit. Prinsip utama dalam menghadapi darah dan cairan tubuh dari penderita adalah :

darah dan semua cairan tubuh sebagai media penularan penyakit.

Beberapa penyakit yang dapat menular di antaranya adalah Hepatitis, TBC, HIV/AIDS.

Disamping itu APD juga berfungsi untuk mencegah penolong mengalami luka dalam melakukan tugasnya.

Beberapa APD :

1. Sarung tangan lateks.

2. Kacamata pelindung

3. Baju pelindung

4. Masker penolong

5. Masker Resusitasi

6. Helm

Catatan : Alat perlindungan diri minimal bagi seorang pelaku Pertolongan Pertama adalah sarung tangan dan masker RJP.

Beberapa tindakan umum untuk menjaga diri adalah:

Pemakaian APD tidak sepenuhnya melindungi penolong. Ada beberapa tindakan lain yang juga perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan.

1. Mencuci tangan

Cuci tangan merupakan tindakan yang sederhana namun paling efektif untuk menghentikan rantai penularan penyakit.

- Cucilah tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

- Pakailah sabun yang memiliki sifat anti septik (anti kuman).

- Cucilah bersih-bersih tangan sampai ke siku bila selesai menangani penderita.

2. Membersihkan alat

Selain tubuh penolong alat yang baru dipakai juga harus dibersihkan. Membersihkan alat ini ada bebrapa tahapan yaitu :

- Mencuci dengan air: hanya menghilangkan bekas atau noda saja.

- Desinfeksi (memakai bahan pembunuh kuman misalnya pemutih)

- Sterilisasi (proses khusus untuk menjadi bebas kuman)


Peralatan Pertolongan Pertama

a. Penutup luka

- Kasa steril

- Bantalan kasa

b. Pembalut

contoh :

- Pembalut gulung/pita

- Pembalut segitiga/Mitella

- Pembalut tubuler/tabung

- Pembalut rekat/Plester

c. Cairan antiseptik

contoh :

- Alkohol 70%

- Povidone iodine 10%

d. Cairan pencuci mata

- Boorwater

e. Peralatan stabilisasi,

contoh :

- Bidai

- Papan spinal panjang

- Papan spinal pendek

f. Gunting pembalut

g. Pinset

h. Senter

i. Kapas

j. Selimut

k. Kartu penderita

l. Alat tulis

m. Oksigen

n. Tensimeter dan stetoskop

o. Tandu.

Daftar tersebut di atas hanya merupakan satu contoh saja. Kemampuan penolong dan ketersediaan dana juga akan menyebabkan perlengkapan ini bervariasi. Hal lain yang bperlu diingat adalah berapa banyak masing-masing jenis alat dan bahan yang harus ada. Untuk melakukan tugas.

Sebagai Penolong kita harus mampu berimprovisasi, kadang-kadang kita akan menjumpai keadaan dimana peralatan kita tidak memadai atau kurang, bahkan tidak ada. Pertolongan Pertama mengajarkan kepada kita bagaimana memanfaatkan pengetahuan kita untuk menolong penderita dengan mengguakan peralatan seminimal mungkin. Kemampuan berimprovisasi sangat diperlukan dilapangan seperti bagaimana memanfaatkan pakaian, sapu tangan atau handuk kecil sebagai penutup luka dan pembalut, memanfaatkan bahan lurus dan keras seperti majalah dan sejenisnya untuk dijadikan bidai. Bila kita sudah mengetahui tekniknya, bagaimana tindakan yang paling baik, maka kita dapat mulai melakukan improvisasi peralatan.

Improvisasi bukan berarti melakukan sesuatu hanya berdasarkan naluri saja tetapi harus tetap sejalan dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip pertolongan pertama.

 

Penderita AIDS semakin meningkat


Dari tahun ke tahun jumlah penderita AIDS semakin meningkat. Terkhusus di kota Makassar ternyata jumlah penderita AIDS sudah mencapai 2.700 orang terhitung hingga November 2009 ini,dimana jumlah penderita pada tahun lalu berjumlah 1.782 orang ini menunjukkan jumlah penderita meningkat sebanyak 918 orang. Melihat hal ini dibutuhkan kerja keras dalam mencegah peningkatan lagi di tahun-tahun berikutnya. Hal ini bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tapi menjadi tugas kita semua khususnya bagi para generasi muda.

Apakah AIDS itu?
* Penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
* Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus)
* Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak oleh virus AIDS.

Bagaimana AIDS menular?
* 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual)
* 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik)
* 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar
* 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV
* 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV

Gejala AIDS?
* Rasa lelah berkepanjangan
* Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
* Berat badan turun secara menyolok
* Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab yang jelas
* Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
* Sering demam (lebih dari 38 °C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas
* Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas

Bagaimana mencegah AIDS?
* Tidak berganti-ganti pasangan seksual
* Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang
* Dengan formula A-B-C
o ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
o BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja
o CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom

Mudah-mudahan dengan penjelasan singkat tentang AIDS di atas dapat menambah pengetahuan kita dalam mencegah AIDS. Maka dari itu mari kita cegah AIDS mulai dari diri kita, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita!


Sumber :
http://i-comers.com/showthread.php?t=8986
http://www.tribun-timur.com/read/artikel/58977
 

Minal Aidin Wal Faidzin....

Tiada kata terlambat tuk mengucapkan yang satu ini....

Selamat hari raya idul adha ya buat semuanya!!! Semoga iman kita semua makin kuat dan makin bertambah,amiiinnnn....! Tetap saling berbagi dengan sesama!

"Noi Siamo Tutti Fratelly"
 

DIKLAT I

Salam Kemanusiaan....!!!!!
Pendidikan Dasar dan Latihan I dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) KSR-PMI Unit 120 STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Kegiatan ini mendapat respon yang baik dari para mahasiswa yang dapat dilihat dari banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut kurang lebih 54 orang. Kegiatannya berlangsung dalam 2 tahap yang mana yang pertama adalah tahap pemberian materi (INDOOR) dan tahap kedua adalah tahap praktek lapangan (OUTDOOR). Kegiatan materinya berlangsung kurang lebih seminggu bertempat di Kampus I STIKES NH Makassar pada tahun 2006 yang lalu. Sedangkan kegiatan praktek lapangannya berlangsung selama 4 hari bertempat di tanjung bayang, Makassar. Dalam kegiatan ini para peserta mendapat bimbingan dari para pelatih yang ditugaskan dari PMI Cabang Makassar, yang tentunya telah memiliki banyak pengalaman di bidangnya. Sangat banyak pengalaman yang didapatkan dari kegiatan ini baik dari segi ilmu maupun dari segi sosial.
 

 

ORGANISASI PALANG MERAH INDONESIA (PMI)

SEJARAH PMI
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

PERAN DAN TUGAS PMI
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

Tugas Pokok PMI :
+ Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana
+ Pelatihan pertolongan pertama untuk sukarelawan
+ Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
+ Pelayanan transfusi darah ( sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1980)
Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan.

SEKILAS KINERJA PMI DARI MASA KE MASA

Dasawarsa I 1945 -1954
Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di bidang Pertolongan pertama, Pengungsian, Dapur Umum, pencarian dan pengurusan repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha, Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.
Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone.
Rumah Sakit Umum Palang Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948 disumbangkan kepada PMI Cabang Bogor dengan nama Rumah Sakit Kedunghalang dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.
PMI juga mulai menyelenggarakan kegiatan pelayanan sumbangan darah yang masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah.

Dalam peristiwa pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), PMI bekerjasama dengan ICRC melaksanakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang hilang/ terpisah serta mengunjungi tawanan.

PMI mulai mengembangkan kegiatn kepemudaan dengan 7.638 anggota remaja di 29 Cabang PMI. Bekerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Guru, murid dan anak-anak sepakat membentuk unit PMR di sekolah-sekolah, penerbitan majalah PMR, korespodensi, pertukaran album, lomba, pameran lukisan, serta penyelenggaraan sanatoria (perawatan paru-paru untuk anak-anak).

DASAWARSA II 1955 – 1964
Akibat Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat dan Permesta di Sulawesi Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk menjemput orang-orang asing di sana dan juga mengirimkan 4 tim medis ke Sumatera serta 6 tim ke Sulawesi Utara.
Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI memanggil Kesatuan Sukarela seluruh Cabang untuk siap siaga. Kemudian terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi. Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berjumlah 259 orang dan 770 orang sebagai cadangan.

Pada peristiwa Aru 15 Januari 1952, yaitu tenggelamnya Kapal Perang RI Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan Belanda sehingga atas permintaan Menteri/KSAL, PMI menghubungi ICRC untuk menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui penyerahan awak kapal di Singapura.
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus , PMI bersama Dinkes Angkatan Darat RI membantu penanggulangan para korban bencana tersebut.

Ketika Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat), telah dikirimkan Tim Kesehatan Nasional untuk membantu Operasi TUMPAS di Sulawesi Selatan.

DASA WARSA III 1965-1975
Penerbitan Surat Keputusan mengenai Peraturan menteri Kesehatan RI No.23 dan No.024 mengenai pengakuan Pemerintah RI untuk pertamakali terhadap keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI.
Dalam peringatan HUT PMI ke-25 , 17 September 1970 , Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr. bahder Johan dan Pengurus PMI Daerah/Cabang seluruh Indonesia.
Setahun kemudian ,1971 diresmikan berdirinya suatu DAJR (Dinas Ambulance Jalan Raya) Jakarta – Bandung sebanyak 7 pos yang dipusatkan di RSU-PMI Bogor. Ambilans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-alat pertolongan pertama, dan telepon radio.

DASAWARSA IV 1975 -1984
Kerjasama PMI-ICRC
PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya pengungsi Timor Timur ke perbatasan Timor Barat di Atambua. Operasi kemanusiaan di Dili dimulai bulan Desember 1975 atas permintaan PSTT (Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun 1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7 Kecamatan terpencil di Timor Timur.
Atas permintaan Pemerintah RI, PMI didukung UNHCR membentu pengungsi Vietnam di Pulau Galang dalam bidang kesehatan dan kesejahtraan social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan Tracing and Mail Service bekerjasama dengan ICRC.

Bencana Alam
Ketika gempa bumi melanda Bali Juli 1976 yang melanda 3 dari 5 kabupaten
PMI mengerahkan tenaga sukarela, membuka Dapur Umum dan membantu perbaikan 500 buah rumah. Bekerjasama dengan tim medis dari Angkatan Darat, memberikan pelayanan kesehatan makanan dan obat-obatan.
Di tahun yang sama gempa bumi melanda Kecamayan Kurima dan Okbibab di Kabupaten Jayawijaya dengan kekuatan 6,8 Skala Richter.
PMI juga turun langsung membantu korban bencana Galunggung tahun 1982 selama beberapa bulan

Transfusi Darah
Tahun 1978 Pengurus Pusat memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertamakalinya kepada donor darah sukarela 75 kali.
Ketentuan tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah dikeluarkan oleh pemerintah melali Peraturan Pemerintah No.18 th 1980

DASAWARSA V 1984 – 1994
Setelah beberapa kali pindah dari Jl.Abdul Muis ke beberapa lokasi, akhirnya kantor pusat PMI menetap di Jl.Jendral Gatot Subroto Kav.96 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1985.

Tracing and Mailing RRC-RI
Selain pelayanan Tracing and Mailing Service (TMS) untuk pengungsi di Pulau Galang, pada tahun 1987 TMS PMI mengurus kunjungan keluarga dari RRC ke Indonesia yang pertama kalinya sejak hubungan diplomatik kedua negara itu tahun 1967 terputus.
Di Jakarta, PMI ikut membantu para korban musibah tabrakan kereta api Bintaro berupa pertolongan P3K, Transfusi Darah, TMS, serta pemberian pakaian pantas di sejumlah RS di Jakarta tempat korban dirawat.

Bencana alam
PMI mengerahkan 700 orang KSR/PMR dan 8 tenaga dokter untuk membantu korban banjir bandang di Semarang Jawa Tengah dan juga ikut membantu korban Letusan Gunung Kelud Jawa Timur tahun 1990 dengan bantuan pangan dan obat-obatan senilai Rp.8.583.400,-
Untuk turut menanggulangi bencana gempa bumi Tsunami di Flores 12 Desember 1992, PMI membentuk Satgas KSR Serbaguna yang disebut SATGAS MERPATI I.

Perang Teluk tahun 1991
Dengan pecahnya Perang Teluk, Pemerintah Indonesia mempercayakan kepada PMI untuk memimpin pengiriman bantuan masyarakat Indonesia dengan pesawat khusus ke Jordania, untuk korban Perang Teluk sebanyak dua kali. Bantuan sandang, pangan, obat-obatan dan peralatan listrik yang diberikan senilai 249 juta rupiah.

Uji Saring Darah HIV
Penyebaran virus HIV yang semakin meningkat mendorong terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.622/1992 tentang kewajiban pemeriksaan virus HIV pada donor darah. Sejalan dengan itu, Depkes RI memberikan bantuan reagensia untuk pemeriksaan virus HIV kepada PMI yang diperuntukkan bagi segenap UTDC-PMI.

Temu Karya KSR
Pada bulan Juli 1992 diadakan Temu karya dan Lomba KSR Tingkat Nasional di Lombok NTB diikuti pula oleh peserta dari Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.

DASAWARSA VI 1994 – 2004
Bencana Alam (Gempa Bumi)
Kembali pada tahun 1994 ,Pengurus Pusat membentuk Tim SATGAS MERPATI II untuk membantu korban bencana Gempa Bumi di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur.
Juga pada tahun 1999, saat propinsi Bengkulu ditimpa gempa berkekuatan 7,9 skala richter, PMI dengan dukungan fasilitas Federasi Internasional dan Palang Merah Norwegia mendirikan rumah sakit lapangan berkapasitas 150 bed menggantikan fungsi rumah sakit setempat yang rusak di kota itu selama 10 bulan.
Gempa lainnya berskala 6,5 richter juga menimpa Banggai di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2002, dan beberapa bulan kemudian pada Juli 2000 gempa terjadi juga di 24 Kecamatan di Sukabumi dan Bogor.

Banjir
Akhir tahun 2000 banjir menimpa wilayah Aceh. Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan 4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir.
Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Pebruari. Banjir bandang terjadi pula di NTB. 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan oleh Federasi Internasional melalui PMI.
Awal Agustus 2001, banjir besar juga telah menghancurkan 8 Kecamatan di Kabupaten Nias Sumetera Utara. PMI telah mengirimkan obat-obatan dan bantuan paket keluarga berupa peralatan dapur, kelambu nyamuk, pakaian, selimut dan gula untuk memenuhi kebutuhan darurat sehari-hari di Nias.

Penanggulangan Bencana Konflik
Suatu konflik vertikal telah berlangsung di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23 Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta penyampaian berita keluarga. Sedangkan untuk Poso, PMI berkoordinasi dengan ICRC menyalurkan bantuan 4000 paket keluarga diikuti bantuan dari RCTI berupa tikar, sarung, handuk, jerigen, sabun mandi, sabun cuci dan pakaian yang diperuntukkan kepada 2000 orang. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara, kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela. Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis lapangan.

CBFA- Tarakan dan Lampung
Proyek pengembangan kesehatan berbasis masyarakat (CBFA) telah dimulai di Kalimantan Timur dan Tengah sejak Juni 2000. Bantuan disponsori oleh Palang Merah Belanda dengan Fasilitas Federasi Internasional bertujuan memperbaiki status kesehatan masyarakat di wilayah sasaran.

PMI KINI

Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.

Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 – 2004 :

A. Visi
PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

B. Misi

Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.
Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:
+ Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat
+ Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
+ Usaha Kesehatan Transfusi Darah
Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.
Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.

 

ORGANISASI PALANG MERAH

A. GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

SEJARAH LAHIRNYA GERAKAN
Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.

Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul “Kenangan dari Solferino”, yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan;

Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk “Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera”, yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya “Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang”. Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.

PALANG MERAH INTERNASIONAL

Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.
Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional.


PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL
Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ( Internasional Red Cross Conference) . Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional ( ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang akan menjadi komitmen semua peserta.

Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) , yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar konferensi internasional yaitu Komisi Kerja ( Standing Commission).

Bersamaan dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan pengembangannya.

KOMITMEN KEMANUSIAAN
Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi 2010) ; Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action ).

1. STRATEGI 2010
Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi yaitu: “memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan”.
Tiga tujuan utama yang strategis adalah:

Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan
Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu:
+ Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan;
+ Penanggulangan Bencana;
+ Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan
+ Kesehatan dan perawatan di masyarakat.
Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.
Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan
Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam Perhimpunan Nasional.
Bekerjasama Secara Efektif
Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi Internasional.


2. DEKLARASI HANOI “United for Action”
Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.
Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia.

Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut:
+ Penanggulangan bencana
+ Penanganan wabah penyakit
+ Remaja dan Manula
+ Kemitraan dengan pemerintah
+ Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya
+ Hubungan masyarakat dan promosi

3. PLAN OF ACTION 2000 – 2003
Plan of Action 2000 – 2003 merupakan keputusan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun 1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di bidang kemanusiaan.

Komitmen Pemerintah Indonesia

Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dari Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan Lambang Palang Merah
Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum Humaniter Internasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat sipil dan militer
Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untuk membantu masyarakat rentan
Komitmen Palang Merah Indonesia

Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompok sasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.
Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana di daerah-daerah yang rawan bencana melalui program “community based” dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.
Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah, pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki pelayanan ambulan dan pos P3K.

 

Entri Populer